Rabu, 09 Juni 2010

my diferent Eiji

“huaaa... ganteng banget....!!” ujarku sambil memeluk boneka gajah berwarna kuning kesayanganku...

”setejuuu...” seru Sena temanku.. kami sedang menonton film yang ku maksud ’Ganteng’ itu adalah Eiji... dia adalah idola di kalangan remaja saat ini... ooh... Eiji sang vokalis jenius yang karismatik... sikapnya yang selalu cool dan tidak pernah terlihat tertawa itu... kereeen... tentu saja aku Rena sakura termasuk salah satu fans beratnya...

”katanya Eiji mau ultah tuh kamu mau kasih apa...?” ujar Nesa kepada ku ”aku sih mau kasih ini...” ujar Nesa sambil menunjuk sebuah boneka Teddy bear berwarna biru...

”hmmm... apa yah..? abis Eiji bilang begini... ’untuk hari ulang tahunku tak ada yang khusus’ dengan matanya sendu oooh... cakepnya...” ujarku menirukan gaya Eiji.

”Ren aku pulang ya.. besok aku maen lagi ke rumahmu ya...” ujar Nesa sambil pergi dengan cepat.

”aku juga udah jam malem aku nih bye rena...” ujar Sena yang pergi juga.

”Rena...” ujar mama yang tiba-tiba datang dan duduk di sebelahku.

”hm.. kenapa ma...?” tanyaku sambil memiringkan kepala.

”ada yang ingin mama bicarakan soal-” belum ibu selesai bicara bel rumah berbunyi... ting tong...

”ah,... ma maaf aku buka dulu yah...” ujarku sambil berjalan menunju ke pintu depan, ”selamat datang...” ujarku sambil membuka pintu dan betepa kagetnya itu Eiji...!? ”ke-ke-kenapa...?” ujarku membeku di tempat biarpun pakai kacamata dia tetap saja Eiji...

“hehehe...” ujar Eiji tertawa layak anak kecil...?

“!!?” apa ini...!? Eiji senyam-senyum...?

“salam kenal... panggil aku ‘kakak’ ya...” ujar Eiji sambil memlukku... apaaaa...!?

“maaf... mama terlambat membicarakannya...” ujar mama yang tiba-tiba datang.

“tapi Eiji itu adalah kakak mu...” ujar papa yang muncul dari belakang mama.

“haaah..!?” ujarku hampir mau pingsan.

”sebelum menikah dengan mamamu, papa menjalin hubungan dengan mamanya Eiji. Berhubung mama Eiji baru saja meninggal beberapa hari yang lalu, Eiji sekarang jadi anak di rumah keluarga kami...” ujar papa sambil membetulkan kacamatanya.

”papa memang hebat deh...!!” ujar mama yang salah satu fans Eiji juga.

”renaaa...” ujar Eiji sambil bersandar di kepalaku dengan gaya nggak jelas.

”Eiji kamu nggak boleh asal peluk-peluk anak perempuan...” ujar manager Eiji pak Shin.

”ugh ini... apa benar-benar Eiji...?” ujarku sambil menunjuk-nujuk Eiji yang masih di atas kepalaku. ”apa ini Eiji yang terkenal itu..!? yang selalu terlihat cool dengan kepala terteleng membentuk sudut 45 derajat dan sorot mata sendu itu...? lepaskan..!” ujarku sambil sedikit mendorong Eiji dari kepalaku. Sehingga kacamatanya jatuh.. ”ah.. maaf..” ujarku menggambil kacamatanya.

”nggak apa...” ujar Eiji aaah...

”pandangan dengan kepala terteleng membentuk 45 derajat...” ujarku kembali bersorak.

”itu, sih nggak usah di bahas lagi..” ujar pak Shin menggambil kacamata Eiji dan memasangkannya kepada Eiji. ”Eiji selalu pendiam kalau nggak pakai kacamata...”

”kalau pakai kacamata semuanya jadi kelihatan jelas, itu bikin gugup kalau harus muncul di TV akhirnya ku putuskan untuk nggak pakai...” ujar eiji kembali menjadi seperti anak-anak lagi... bohong ah!!! Perubahan imagenya terlalu drastis...!!? gubrak... semua tiba-tiba menjadi gelap...

”aaagh...” ujarku tiba-tiba aku ada di kamarku masih seperti biasanya... ”tenyata Cuma mimpi” ujarku lega... apaan mimpiku tadi masa Eiji orang yang seperti itu dan sebenarnya dia kakakku...? tuh, lihat poster Eiji yang kupasang sama sekali tek berubah... aku menyentuh poster itu.. dan.. ”asli Eiji...!!?” aku berteriak histeris sambil mundur, ”nga-ngapain kamu disini..?” tanyaku. Ternyata tadi itu bukan mimpi!!!.

”sepertinya tadi aku ketiduran waktu menemanimu...” ujar Eiji sambil beranjak duduk. Eh, tapi kok beda sama yang tadi..!? ternyata dia lebih keren dibanding yang di TV...?

”kamu sudah tak apa-apa...?” ujarnya masih tetap keren.

”iyaaa...” ujarku terpesona.

”horeeee!!” ujarnya girang saat dengan cepat memakai kacamata... aaah.. zleep... seperti langsung menusuk.. aku lupa soal kacamatanya... aku tak percaya Eiji ternyata seperti ini... jangan hancurkan impianku... makan malam aku tetap di kamarku aku tak mau melihat Eiji-ku yang berantakan....

”rena...?” ujar orang dari luar kamar.

”siapa...?” ujarku ketus.

”Eiji...” ujar orang di sebrang sana aku semakin cemberut namun aku mendekatkan diri ke pintu... ”Rena aku harus gimana supaya kamu mau keluar...?” ujar Eiji dari luar sana.

”keluar sana..!! keluar dari rumah ini...!! aku nggak mau melihat wajah Eiji yang seperti ini... aku ingin Eiji yang keren..!! aku benci sekali Eiji yang seperti ini..!!” ujarku kesal.

“begitu ya... maaf..” uajr Eiji dari seberang pintu dan tak terdengar suara Eiji lagi.. aku tau itu keterlaluan tapi aku shock... melihat Eiji yang sebenarnya... tiba-tiba aku mendengar lagu Eiji.. lagu itu jauh lebih lembut dari yang ku dengar di TV.. aku keluar kamar karena lagu ini..

”Eiji..?” tanyaku sambil membuka pintu.

”nah, ketangkap yah...” ujar Eiji menarikku duduk lalu memelukku dari belakang.

”lepaskan...” ujarku sambil berusaha melepaskan pelukkan Eiji..

”nggak mau sebelum kamu memanggil ku ’kakak’...” ujar Eiji sambil terus memelukku...

”lho kok basah..!?” ujarku saat sadar baju Eiji basah kuyup.

”kan tadi di suruh keluar...” ujar Eiji dengan wajah sok polos... salah pengertian, keluar=pindah, keluar=pergi ke luar...!? -,-

”a-aku ambil handuk yah...” ujarku sambil pergi menggambil handuk, ”kenapa sih, kamu ngotot banget ingin aku memanggil... itu..?” ujarku nggak enak mengucap kakak.

”waktu kecil aku sering di tinggal sendirian di apartemen sementara mama pergi kerja... di sebelah ruanganku ada 2 bersaudara yang tinggal di situ aku sering mendengar ada yang memanggil ’kakak’ dengan lembut... mereka seakan tak kesepian mungkin karena mereka selalu berdua.. aku juga ingin tidak kesepian seperti mereka.. makanya aku senang karena ada Rena asalkan Rena memanggilku ’kakak’ rasanya aku berfikir bahwa aku tidak sendirian lagi...” ujar Eiji sambil menunduk ternyata.. wajahnya selama ini bukannya cool tapi.. kesepian..

”Eiji...” ujarku sambil memeluk kepalanya.

”re-rena...?” ujar Eiji gelagapan.

”waktu aku kecil dulu, mama selalu melakukan ini untukku setiap aku sedih.. semuannya akan baik-baik saja..” ujar ku sambi mengusap rambutnya pelan.

”terima kasih Rena...” ujar Eiji lalu tediam.

”oh, iya apa yang kamu mau pas ulang tahun Eiji..?” tanyaku ceria melepas pelukkan ku.

“panggil aku ‘kakak’...” ujar Eiji serius sekarang seperti Eiji yang cool.. sekarang aku jadi deg-degan dengan Eiji vesri kacamata..

“sudahlah aku mau tidur...” ujarku kembali ke kamar..

“ikuuut...” ujar Eiji kembali seperti biasa..

“sssth... aku ngantuk...” ujarku menyembunyikan mukaku yang mungkin sudah berubah warna menjadi merah.

Esoknya adalah hari ultah Eiji kami merayakannya di rumah saja aku tidak memberikan hadiah yang Eiji inginkan aku hanya membelikan kaos... sementara papa dan mama memberikan accsesoris... hari ini kami bahagia... senyum Eiji tulus menghapus kesepian yang selama ini dia alami.. esoknya mama masuk kamarku pagi-pagi sekali tidak seperti biasanya...

”Rena... ini ada surat dari Eiji...” ujar mama dengan wajah sedih.

”oooh... makasih ma...” ujarku sambil mengambil surat tersebut.

Isinya...

untuk Rena...

Maaf ya aku nggak sampai hati untuk mengucapkan perpisahan. Aku harus minta maaf kepada Rena. Sebenarnya aku bukan anak mama dan papanya Rena. Katanya papamu pernah punya hubungan dengan mama jadi setidaknya dia ingin membuat sesuatu untuk anak satu-satunya mama. Dan papamu mengusulkan agar tinggal bersamanya.. aku juga ingin punya keluarga biarpun hanya dalam waktu yang sangat singkat, tapi... Rena pasti senang karena aku akan menjadi Eiji yang disukai Rena, aku senang sekali bisa ketemu Rena. .Terima kasih.

P.S. datanglah ke Live-ku yang berikutnya. Ada tiketnya untukmu...

”Rena...?” ujar mama dari belakang ”kamu nggak apa-apa..?” tanya mama sambil mengelus pundakku.

”iya...” ujarku sambil cengar-cengir lalu melihat jam.. “hah...!? livenya Eiji hampir di mulai...!” ujarku buru-buru dan keluar... “aku pergi ma...” ujarku lalu pergi.. Eiji yang tampil di TV jauuuh lebih keren. Sekarang aku kembali menjadi fansnya seperti yang dulu.

“Eiji kereeeen...” sorak-sorai penonton saat aku sampai di Livenya Eiji...

“aslinya nggak seperti itu...” bisikku sambil berusaha maju ke depan... wajah seperti itu sih, nggak ada keren-kerennya.. nggak ada yang tau aslinya dia itu manja dan... kesepian... benar-benar kesepian.. saat menggingatnya aku malah menangis sambil berusaha maju ke depan.. kenapa? Padahal kupikir dia nggak keren sama sekali.. tapi kenapa yang ada di kepalaku Cuma Eiji yang tak pernah kapok-kapoknya memintaku memanggilnya ’kakak’? akhirnya aku sampai di depan saat Eiji baru ingin menyanyi... muka Eiji terlihat sangat pucat dan tiba-tiba mike yang di pegangnya jatuh...

”Ei... Eiji..?” ujar orang-orang di sekelilingku... semuanya hampir hening..

”kakak... kak! Semoga berhasil!!” ujarku sambil tersenym. Akhirnya, mengerti yang kusukai itu bukan Eiji yang cool, tapi Eiji yang bodoh, manja dan sama sekali tak ada keren-kerennya Eiji kakakku.

”hei!! Kamu menghalangi saja, tahu!!” ujar orang di belakangku. Sehingga aku jatuh ke depan Eiji dengan cepat menangkapku sehingga tidak jatuh..

Hari itu Eiji memperlihatkan pertunjukan live terbaiknya di TV kejaidian Eiji menolongnya menjadi perbincangan hangat sehingga saat aku memanggilnya kakak tak diperbincangkan...

”kereeeen...!!!” ujarku di depan TV, aku tak berubah tetap menjadi fans beratnya Eiji.

”Rena... main sama-sama yuk..” ujar Eiji sambil memelukku dari belakang.

”jangan main peluk dong..” ujarku sambil berusaha melepas pelukkan Eiji..

”habis aku kan sayang banget sama Rena..” ujar Eiji manja lagi.. tapi masa aku jadi deg-degan sama Eiji versi kacamata!?

”jangan ngoceh melulu pergi kerja sana...!!!” ujarku sambil melepas pelukkannya dan pergi ke kamar, biarpun saudara kami tak punya hubungan darah.. aku khawatir gimana jadinya nanti.. dan akhirnya aku tidur dan Eiji pergi kerja..

”Rena... Rena... Rena... ayo bangun sekarang kan hari minggu...!!” ujar seseorang pagi-pagi sekali.

”hhmm... karena libur nanti aja bangunnya..” ujarku kembali tidur dan menutup muka dengan selimutku..

”hari ini ceraaah... ayo dong bangun Ren..” ujarnya sekali lagi.

”hm.. tunggu..” ujarku membuka mata sedikit dan ternyata itu Eiji..

”aduh amnesiaku...” ujarnya sambil hampir jatuh..

”eh, eh,,!? Gara-gara kecapean..?” ujarku sambil berusaha menolongnya.

”hehehe... tapi bohong..” ujarnya sambil cengengesan.

”dasar pembohong..!!” ujarku beranjak bangun tapi aku malah di tarik oleh Eiji dan ikutan jatuh dia malah memelukku.

”lepaskan..!! mana ada saudara yang suka peluk-pelukkan..?” ujarku berusaha melepaskannya..

”nggak mau sampai kau mau menemaniku ke taman bermain..” ujar Eiji sambil terus memelukku..

”oke aku kalah... aku bakal nemenin kamu... mandi sana...” ujarku berdiri dan masuk ke dalam kamar mandi.. dan akhirnya aku pergi ke taman bermain.. tapi aku pergi bukan hanya berdua namun ber empat kayak picnik ajah...

Bruuk.. aku menabrak seseorang yang sedang bergerambol... dan itu fansnya Eiji..? ya, ya, ya.. karena kita kesini juga karena nanti sore Eiji ada konser...

”Renaaa... ayo maen...!” ujar Eiji sambil menarik-narikku.

”ma... pa... a-” sebelum selesai mama dan papa sedang bermesraan di sana.. ekh...!? kok jadi gini...?.

”kita biarin mereka berdua saja, yuk..” ajak Eiji sambil menarik tangan ku. Lagi-lagi Eiji menggenggam tanganku bikin gugup aja... tapi ternyata tangan Eiji sebesar ini...

”Eiji memang mau naik apa...?” tanyaku sambil mengerutkan jidat.

”aku? Hmm... sepertinya aku ingin naik bianglala..” ujar Eiji sambil menatap biang lala besar itu..

”Eh..?” aku sedikit terpekik dan mengerutkan jidat kenapa bianglala..?

”sejak kecil aku selalu bermimpi untuk naik bianglala itu. Kupikir dari atas pemandangannya pasti luar biasa, karena ibuku tak pernah bisa menemaniku..” ujar Eiji sambil terus menggenggam tanganku.

”kita naik sama-sama mau...?” tanyaku menatap Eiji.

”iya.. janji, lho..!” ujar Eiji sambil membalas tatapanku dan tiba-tiba..

“Renaaaa.... Eiji...!!!” ujar mama dan papa...!? yang sedang naik Jet boat... dan byuuuur... aku dan Eiji kecipratan airnya sampai mukaku basah semua..

”mama.. papa.. lihat apa yang kalian lakukan...! Eiji kamu nggak apa-apa..?” tanyaku sambil berbalik ke arah Eiji..

”iya..” ujar Eiji melepas kacamatanya karena basah... oooh.. cakepnyaaa...

”lihat Eiji...!!! beneran Eiji lho..!!” ujar sorak-sorai orang disekitarku yang berlari menuju kami.. Eiji menarik tanganku lalu berlari.. kenapa ya, dadaku berdegup kencang..?

”Rena maaf aku sampai kelupaan..” ujar Eiji sambil terus berlari.. entah kenapa sepertiya menyenangkan jika berada disisi Eiji.. mungkin karena aku salah satu fansnya kali yah.. dan akhirnya kami lepas dari kejaran fans dan wartawan..

“Dilarang lepas kacamata..!” ujarku sok marah.

“Rena maaf.. aku beli minum dulu yah...” ujar Eiji sambil beranjak pergi..

”aku es krim aja...!! ingat jangan sampai kacamatamu lepas...!!” ujarku sambil duduk dan menunggu..

”nih, es krimnya.. kita jadi nggak bisa main karena banyak gangguan.. maaf yah Rena..” ujar Eiji sambil memberikan es krimnya..

”nggak pa-pa kok.. tapi, Eiji apa nggak sebaiknya kamu nggak pergi ke tempat ramai seperti ini..?” tanyaku sambil menjilati es krim ku..

”aku suka ketempat ramai.. aku nggak pernah ke tempat seperti ini, jadinya aku selalu ingin mencoba ke sini, walau hanya melihat dari luar saja sebenarnya pak Shin sering melarangku.. bahkan saat aku bilang mau main ke sini bersama Rena pak Shin sempat ngomel..” ujarnya sambil cengengesan.. aku membayangkan wajah pak Shin langsung terdiam..

”kamu yang sabar yah..” ujarku karena tak tau harus bagaimana aku merasa tiada berdaya.. mendengar cerita Eiji.. dia begitu kesepian..

”tapi Rena malah jadi nggak bisa naik apa-apa maaf yah..” ujar Eiji sambil pura-pura tersenyum.. bukan.. bukan karena itu sebal yang membuatku sebal kenapa aku tak bisa naik wahannya bersama Eiji..?

“bisa bersama Eiji saja sudah mebuatku senang, kok..” ujarku sambil menatap Eiji..

Tiba-tiba Eiji memegang ujung bibirku.. aku langsung deg-degan ”ada es yang menempel..” ujar nya sambil membasuh nya.. mukaku pasti merah lagi..!! ”Rena..?”

”Eiji..? Eiji kan...? hahaha.. tak rugi aku mengikuti sampai ke sini oh, iya boleh tau dia ini siapa..?” tanya seorang cewek tinggi bak model.. yang membawa-bawa kamera dia pasti salah satu fansnya Eiji.. sebaiknya aku bilang apa pada mereka..? aku tak mungkin bilang bahwa aku ini adiknya..

”atau mungkin pacar..?” ujar yang satunya lagi yang dadanannya sangat waaah...

”bu-” baru saja aku ingin menyangkal tapi wanita yang satunya memotong..

”mana mungkin kan..? dia memang kurus dan manis tapi dia pendek dan sama sekali tak cocok dengan mu Eiji.. di bandingkan lawan mainmu.. dia sangat tak sebanding..” ujar yang bak model.. aku kan memang Cuma adiknya.. tapi entah mengapa aku sedih mendengarnya..

”aku dapat foto mu bersama wanita ini lho.. jika kamu tak menemani kami seharian ini kejadian tadi akan tercium oleh media..” ujar cewek yang dadanannya waaah itu..

”kalau memang benar begitu gimana..?” ujar Eiji sambil merangkulku. Apa yang sedang di lakukannya...? tapi.. pasti nanti tidak baik sebaiknya aku bertindak..

”jangan begitu, ah! Aku Cuma fans sama seperi kalian aku Cuma mau minta tanda tangan dan foto bareng tapi.. malah keterusan ngobrol.. kami tak ada apa-apa kok.. maaf aku pergi dulu yah..” ujarku sambil pergi dan merampas fotoku bersama Eiji..

”Ren-” ujar Eiji ingin mencegahku... tapi aku nggak akan kembali karena mukaku sudah terlanjur meraaah.. dan jangan sampai reputasi Eiji jelek di mana orang-orang.. biip..biip..biip.. tiba-tiba telfonku berbunyi.. dan tertulis Eiji..

”halo..”

”Rena... kamu di mana..? aku akan kesana sekarang..”

”nggak usah Eiji.. aku butuh waktu sendiri..”

”ta-”

”nggak.. nanti juga kalo nggak ketemu aku bisa pulang sendiri..” dan aku langsung menutup hand phone ku.. Rasanya sepi.. tapi aku ingin naik bianglala itu..

”silahkan nona.. anda orang terakhir karena bianglala ini akan di tutup sementara..” ujar penjaga yang ada di sana..

Aku pun masuk menghadap ke jendela.. ”aku ingin bisa naik bianglala sama-sama..” aku ngedumel sendiri.. kenapa semuanya susah padahal aku hanya ingin bersama Eiji..

”Rena..” ujar seseorang di belakangku..

”Eiji..?” aku sedikit kaget.

Ngek.. tiba-tiba bianglala itu bergoyang dan Eiji jatuh menimpaku.

”ma-maaf..” ujarnya dan akhirnya malah duduk di bawah gara-gara jatuh tadi.. dan Eiji memelukku ’lagi..!?’

”Hey! Lepaskan aku..” ujarku sambil berusa melepaskan pelukkan Eiji..

”nggak mau.. Rena kalau kabur cepat sekali..” ujar Eiji dan terus memelukku..

“itu bukan kemauanku..” ujarku pasrah..

“Rena ini tempat duduk khusus untukmu yah.. itu tempat konserku nanti.. Rena nonton dari sini yah..” ujar Eiji sambil menunjuk tempat konser tepat di dekat bianglala..

Aku langsung memeluk Eiji melepas kangen.. ”makasih.. Eiji..” tiba-tiba Eiji keluar.. dan turuh.. “eh?” aku terpekik melihat itu.. dan ternyata ada kabelnya..dan seperti biasa live Eiji selalu mulus saat pulang aku sempat kena semprot pak Shin begitu juga Eiji.. dan mama dan papa nggak jelas ada di mana pokoknya mereka pulang sangat larut..

”Renaaa..” ujar Eiji girang esok paginya..

”Eiji..!? sudah kubilang di larang masuk kamar orang sembarangan..!” ujarku ngomel-ngomel..

”Rena.. main yuk sebelum aku pergi..” ujar Eiji sambil bersandar di kepalaku seperti biasa..

”ukh.. eng.. nggak bisa.. aku harus cari kerja sambilan..” ujarku sambil melepaskan Eiji dari kepalaku mukaku sendiri mungkin sudah memerah.. aku harus sedikit jaga jarak dengan Eiji..

”kerja sambilan..? pas sekali aku sedang mencari orang yang bisa mengurusiku.. Rennaaaa.. sekarang aku bakal kerja sama Rena teruus..” ujar Eiji sambil senyam-senyum.

”hmm.. mungkin kalo ada Rena Eiji bakal lebih serius..” ujar pas Shin.

”iya deh..” ujarku pasrah masa nolak.. nanti malah makin brabe..

”yee... kerja sama Rena..!” ujar Eiji kegirangan..

”udah Eiji kamukan harus pergi kerja aku juga mau sekolah daaah..” ujarku sambil beranjak pergi.

”Rena inget nanti pulang sekolah ke tempatku...” ujar Eiji sambil cengengesan.. aku masih belum percaya sampai saat ini bahwa itu Eiji tapi.. aku senang dengan kebenaran yang aneh ini... akhirnya aku datang ke sekolah sambil senyam-senyum..

”Renaaa... liat livenya Eiji kemaren nggak..?” tanya Nesa saat aku baru saja datang.

”iya keren bangeeet...” tambah Sena sambil duduk di kursi yang tepat ada di depanku.

”oh, oh,.. yang si taman bermain itu..?” ujarku karena sepertinya kemaren live-nya Eiji Cuma itu saja..

”betul.. betu.. kereeeen bangeeet...” ujar Sena sambil menguncang-guncang tubuhku.

”eh, eh, menurutku yang keren pas Eiji turun dari bianglala..” tambah Nesa antusias.

”iya, iya.. betul.. coba aja bianglalanya di buka aku mau naik tuh..” ujar Sena sambil meremas tanganku.. saat seperti ini aku harus ikut antusias.

”ukh keren bangeeet... coba aku ada di bianglala itu..” ujarku sambil ikutan antusias..

”eh, tapi kemaren aku liat ada cewek yang naek satu bianglala sama Eiji lho..! walau dari jauh keliatan kalo itu bener-bener cewek..” ujar Nesa tiba-tiba serius.

”betul.. apa itu salah satu crew..?” ujar Sena sambil sok mikir. Apa maksudnya itu aku? Aku kan yang naik satu bianglala sama Eiji, tapi ini nggak boleh ada yang tau..! walau itu sahabatku sendiri..! maaf Sena maaf Nesa..! akhirnya sebelum pulang aku ke tempat Eiji kerja dulu.. dan pak Shin menyambutku..

”Rena.. ayo langsung ke tempat Eiji kau sekarang jadi asistennya.. oh, iya kamu ganti baji dulu.. nih celana jeans, dan kaosnya..” ujar pak Shin sambil memberikan celana jeans dan kaos putih oblong.

”ba-baik pak..” ujarku sambil berjalan mengikuti pak Shin.

”ini ruangan Eiji.. kamu ganti baju di dalam saja.. Eiji sedang foto untuk majalah dulu.. sebentar lagi mungkin dia datang.. aku keluar dulu..” ujar pak Shin lalu menutup pintu.. aku ganti baju sekolahku dengan baju yang barusan di berikan pak Shin ukurannya sangaaat besar.. ini baju siapa yah..? ah, tapi sekarang aku ada di ruangan Eiji di sini Eiji selalu bekerja.. aku melihat lihat dan aku melihat-lihat meja rias Eiji.. benar-benar meja rias seorang bintang.. aku lihat di situ ada fotoku dan Eiji tapi.. di situ aku masih kecil..? tunggu nggak mungkin.. aku nggak pernah foto waktu sekecil ini sama Eiji.. siapa cewek ini..? aku membalik foto itu dan tertulis.

Eiji dan Zuna

Umur 5 dan 10 tahun

Adekku yang sangat ku sayang

Zuna walau kamu nggak ada aku tetap sayang kamu..

“apa ini..?” desisku dan tiba-tiba..

“Renaaa...” ujar Eiji saat pertama masuk.. karena kaget aku mengantongi foto itu..

”eh, Eiji.. kamu udah selesai..?” ujarku sok biasa padahal aku sangat penasaran siapa Zuna..? dia adek Eiji yang mirip aku dan sudah meninggal..? aku penasaran..

”temenin aku yuk..” ujar Eiji sambil cengar-cengir.

”kemana..? jangan bilang ke taman bermain lagi..” ujarku sambil menyipitkan mata..

”bukaaan kok.. Cuma mau jumpa fans nanti kamu temenin aku doang kok..” ujar Eiji lalu menaruh kacamatanya.

”i-iya..” ujarku sambil mengikuti langkah Eiji.

”kyaaa.. Eiji..” ujar para fans yang sudah menunggu Eiji.. Eiji hanya diam tanpa tersenyum.. dia menandatangani beberapa kaset, DVD dan foto yang para fansnya sodorkan, dan ada beberapa fans yang memberikan hadiah aku di suruh membawa hadiah-hadiah itu..

”kamu nggak keberatan Ren..?” ujar Eiji sambil menatapku cemas karena membawa hadiah-hadiah yang hampir mengunung.

”nggak kok.. nggak usah khawatir..” ujarku sambil cengengesan masa asisten ngeluh..!?

”Eh, liat tuh asistennya Eiji yah..?”

”hm.. kayaknya sih iya..”

”ihh keganjenan banget sih..?”

”nggak nyadar apa kalo dia Cuma jadi asisten..?”

“auk tuh.. iikh.. malu gue sih jadi dia..”

“pasti dia udah ke-GRan tuh..”

“awas nanti denger..” begitulah percakapan yang aku dengar aku tau kok aku Cuma asisten.. aku juga nggak ke Gr-an tapi aku hampir nangis di sana mungkin karena Eiji menyadarinya dia masuk sambil menarikku dan mengajakku ke kamar riasnya.

“kamu kenapa Rena..?” tanya Eiji cemas sambil mengambil kursi untukku.

”nggak pa-pa ko..” ujarku lalu duduk tepat di depan Eiji.

”jangan dengerin omongan mereka..” ujar Eiji sambil menghapus air mataku yang sedikit tumpah.

”iya tapi memang kenyataannya gitu kok.. kamu nggak usah khawatir.. aku kan Cuma asisten doang..” ujarku sambil melepas tangan Eiji.

”tapi.. kamu adikku tersayang.. aku sayang sama kamu aku nggak mau kamu sakit gara-gara kata-kata mereka..” ujar Eiji sambil mengelus lembut rambutku.. aku semakin sukaaa sama Eiji.. dia begitu baik tapi..

”Eiji aku juga sayang kamu..” ujarku sambil merunduk.

”Eh..?” ujar Eiji sedikit terpekik.

”tapi rasa sayangku nggak sama kayak Eiji.. dan Eiji aku bukan adek kamu..” ujarku sambil melepas tangan Eiji.

“maksud kamu..?” tanya Eiji kebinggungan tanpa sadar air mataku jatuh..

”aku bukan Zuna Eiji..! aku Rena bukan adek kamu.. aku nggak mau di samain sama Zuna aku ya aku.. dan rasa sayangku kayak gini..” ujarku sambil mencium pipi Eiji.. Eiji diam mukanya memerah aku terus menangis.. ”maaf Eiji aku ngak bisa jadi adek kamu karena aku memang bukan Zuna.. maaf banget.. tapi makin lama aku deket sama kamu makin aku sayang sama kamu.. jadi lebih baik aku nggak begitu deket sama Eiji.. oh iya Eiji bukan berarti kamu nggak boleh tinggal di rumah lagi.. tapi mungkin aku akan sedikit menghindar.. selamat tinggal kak..” ujarku lalu menaruh foto Eiji dan Zuna di tangan Eiji dan berlari pergi..

”Rena..? kerjamu udah selesai..? mau makan dulu..?” ujar mama saat aku baru masuk rumah.

”udah ma aku udah makan..” ujarku lunglai sambil naik ke lantai atas dan naik ke kamarku.

”ooh.. Eiji mana..?” ujar mama lagi.

”nggak tau ma.. aku mau tidur ngantuk..” ujarku sambil terus berjalan ke lantai atas.

”oh, iya Ren besok libur kata Sena tadi dateng ke rumah...” ujar mama lagi.

”makasih ma..” ujarku sambil masuk ke kamar dan mengunci pintu aku menyalakan TV dan menonton film kartun.. kadang ada iklan yang modelnya Eiji aku kadang sedih saat melihatnya..

”Rena..?” ujar seseorang dari luar di dalam aku sudah terisak tak kuasa..

”siapa..?” ujarku sewot

”Eiji..” ujar Eiji di luar sana.. aku diam tak mau menjawab. “Rena kamu marah..?” ujar Eiji lagi sambil mengetok-ketok pintu.. aku tetap diam.. “Ren aku minta maaf kalo aku udah salah sama lo..” ujar Eiji pasrah di depan sana.

“udah aku maafin..” ujarku masih terisak dan tak beranjak dari kasur.

“buka pintunya dong Ren.. katanya udah di maafin..?” ujar Eiji didepan sana.

”mau apa..?” tanyaku pelan.

”aku mau ngomong..” ujar Eiji sambil mengetuk pintu kamarku.

”aku memang udah maafin tapi bukan berarti kita bisa kayak dulu..” ujarku sambil tak beranjak.

”apa yang harus aku lakuin Ren biar aku boleh masuk..” tanya Eiji lemah di depan.

”nggak tau... aku juga nggak tau kenapa aku gini.. tapi.. agh.. pokoknya aku juga nggak ngerti..” ujarku sambil terus terisak.. dadaku sesak dan seperti tertusuk-tusuk.. dan mataku terus menitikan air mata...

“Rena... Please...” ujar Eiji semakin pelan dan suaranya membuatku iba... tapi aku tetap teguh pendirian.. bruuk.. suara orang jatuh..

“Eiji..?’’ ujarku sambil mengetuk-ketuk pintu.. “Eiji..? jangan bercanda deh.. Eiji..? aku makin marah nih...” ujarku mulai cemas.. “Eiji..?” ujarku lagi sambil membuka pintu dan ternyata Eiji sudah pingsan.. “Eiji.. aku nggak bercana..” ujarku semakin cemas.. “mama..!!!” aku berteriak panik.

“tunggu..” ujar mama sambil baik ke atas..

”cepet ma Eiji ma..” ujarku sambil mengguncang-guncang Eiji.

”ya ampun Eiji kenapa..?” pekik mama saat naik ke atas.

”nggak tau pas aku keluar Eiji udah pingsan..” ujarku sambil menyandarkan Eiji ke tembok.

”mungkin dia kecapean..” ujar mama sambil mengusap pipi Eiji yang berkeringat.. ”mama telfon ambulance dulu.. kamu jagain Eiji ya..” ujar mama sambil beranjak menuju telfon

”Ren.. Rena..?” ujar Eiji pelan matanya masih menutup.

”Eiji.. jangan maksain ngomong..” ujarku panik sambil terus mengusap kening Eiji.

”kamu.. marah.. ya..?” tanya Eiji lemah ucapannyapu terpotong-potong.

”nggak kok.. kan tadi udah aku maafin..” ujarku makin cemas.

”aku mau bilang-” sebelum Eiji bicara lebih panjang lagi aku tutup mulutnya dengan jari telunjukku.

”nanti aja kamu jelasinnya Eiji.. aku memang marah.. tapi aku nggak mau kamu kenapa-kenapa..” ujarku dan akhirnya menitikan air mata karena tak kuat.. dan akhirnya ambulance pun datang Eiji langsung masuk ke ICU aku hanya bisa berharap bahwa Eiji akan sembuh.. aku menunggu semalam suntuk bersama mama sementara papa datang setelah selesai bekerja..

”Keluarga dari Eiji..” ujar seorang suster dari ruang ICU.

”aku..!!” ujarku cepat.. mama dan papa hanya menggangguk menyuruhku masuk. Saat di dalam ada dokter sedang berdiri persis di sebelah Eiji.

”ung.. kamu..” ujar dokter itu sambil merengutkan jidat.

”dia temen saya dok..” ujar Eiji ketika melihat ku temen..!? bukan adek..!?

”oooh.. maaf ini resepnya.. Eiji hanya kurang istirahat dan sepertinya dia terlalu memikirkan sesuatu..” ujar dokter tersebut sambil memberikan aku selembar kertas resep.

”ung.. baik dokter..” ujarku sambil menggangguk dan menggambil resep tersebut.

”dokter keluar dulu.. Eiji istirahat di sini.. nanti baru boleh pulang..” ujar pak dokter sambil berjalan keluar. Awalnya sunyi saat aku ingin membuka pembicaraan Eiji mendahuluiku.

”maaf..” ujar Eiji sambil menatap ke arah lain.

Aku berjalan mendekat ke tempat Eiji.. dan duduk di sebelah Eiji. “bukan kamu yang salah. Tapi aku..” ujarku sambil mengelus rambut Eiji.

”ta-tapi Ren..” ujar Eiji berbalik ke arahku.

Aku menaruh telunjuku tepat di bibirnya ”semua salahku.. aku egois.. aku nggak merhatiin perasaan kamu.. maafin aku..” ujarku sambil tersenyum.

Eiji duduk dan tersenyum ”oh, iya aku mau ngaku jujur.. kamu bener awalnya aku memang Cuma manfaatin kamu karena kamu mirip sama adikku.. tapi itu berubah.. semuanya berubah aku sadar bahwa perasaanku ke kamu bukan perasaan kakak ke adeknya.. perasaanku lebih dari itu ren..” ujarnya lalu mengecup pipiku. Dan tiba-tiba mama dan papa datang. Ya tuhan apa yang harus aku katakan nanti pada mereka...!?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar